Gambaran Faktor Lingkungan dan Perilaku Masyarakat
Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue
di Pelabuhan Laut Jayapura
Penulis: Mina Sipayung, SKM,M.Kes
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang sangat penting di Indonesia dan sering menimbulkan suatu kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Penyakit Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh inveksi virus dengue yang di bawa melalui gigitan vektor nyamuk Aedes Aegypti. DBD merupakan jenis penyakit menular yang berpotensi menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB)/wabah. (Permenkes Nomor 1501, Tahun 2010). Tingginya berbagai wabah penyakit menular menunjukan bahwa program preventif yang diaplikasikan di masyarakat belum dilaksanakan dengan benar. Diantaranya adalah wabah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Sampai saat ini di tiap pelosok baik kota maupun desa selalu ada kasus yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut, merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung meningkat jumlah penderita dan semakin luas daerah penyebarannya, sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk.
Perimeter area (APO) dan buffer area (Gajah Putih) wilayah Pelabuhan Laut Jayapura BKK Kelas I Jayapura, terdapat satu warga APO yang menjalani perawatan di Rumah Sakit Marthen Indei dan satu warga Gajah Putih di rawat Rumah Sakit Provita dengan hasil diagnosa Demam Berdarah Dengue. Informasi kondisi ini di sampaikan langsung oleh masyarakat/Ketua Rukun Tetangga yang di sampaikan kepada petugas entomolog Balai Kekarantinaan Kesehatan (BKK) Kelas I Jayapura pada saat melaksanakan tugas rutin survei jentik di area perimeter (APO) dan area buffer (Gajah Putih). Tim BKK Kelas I Jayapura yang terdiri dari fungsional epidemiolog, entomolog dan perawat, melaksanakan pelacakan kasus setelah sebelumnya berkoordinasi dengan Ketua Rukun Tetangga (RT) setempat untuk dilaksanakan kunjungan rumah pada kasus DBD tersebut, guna memastikan kebenaran informasi ini. Hasil kunjungan rumah diketahui bahwa informasi adanya kasus DBD ini adalah benar.
Konsisi lingkungan potensial untuk perindukan nyamuk Aedes aegypti, di temui di lingkungan rumah pada area ini yaitu Tempat Penampungan Air (TPA) yang digunakan sehari-hari, yaitu drum, bak mandi, bak WC, gentong dan ember. Tempat perindukan lainnya yang non TPA adalah pot bunga, ban bekas, botol bekas, tempat sampah serta TPA alamiah, yaitu lubang pohon, daun pisang, pelepah daun keladi, lubang batu. Adanya saluran air hujan yang tidak lancar di sekitar rumah juga merupakan tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang baik. (Sugianto, Ilmu Lingkungan, Tahun 2010). Maka dari itu adanya penumpukan sampah dan genangan air akibat hujan dapat menjadi perindukan nyamuk Aedes aegypti jika tidak segera di bersihkan. Penyakit dengue sampai saat ini belum sepenuhnya dapat dikendalikan.
Faktor prilaku masyarakat berisiko dengan kebiasaan menggantung pakaian masih sering dilakukan, kegiatan menguras bak penampungan air dilakukan bila sudah terlihat kotor. Pakaian yang bergantungan banyak ditemukan pada situasi rumah yang dikunjungi (APO). Kecenderungan perilaku negatif terhadap pencegahan penyakit DBD menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kasus penyakit tersebut. Baik atau buruknya perilaku masyarakat akan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, sikap dan kebiasaan yang dilakukan masyarakat sehari-harinya. Pengetahuan, sikap dan kebiasaan merupakan faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku masyarakat. (Lawrence Green, Tahun1980)
Penanggulangan penyakit DBD mengalami masalah yang cukup kompleks. Cara paling baik untuk mencegah penyakit ini adalah dengan pemberantasan jentik nyamuk penularnya atau dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN–DBD). Balai Kekarantinaan Kesehatan (BKK) Kelas I Jayapura, melakukan pencegahan masuk/keluar penularan penyakit demam kuning, demam berdarah dengue dan penyakit tular vektor lainnya melalui upaya membebaskan daerah pelabuhan/bandara/perbatasan dari kehidupan nyamuk Aedes aegypti. Sesuai dengan Anneks 4 International Health Regulation (IHR) tahun 2005, setiap Pelabuhan, Bandar Udara dan Perbatasan area perimeter harus dipertahankan bebas dari nyamuk Aedes aegypti dan Anopheles baik jentik maupun nyamuk dewasanya yang secara epidemiologis berhubungan dengan lalu lintas internasional.
Kegiatan pengendalian jentik telah dilakukan di wilayah Pelabuhan Laut Jayapura dengan menggunakan larvasida, yaitu; area perimeter dan area buffer. Demikian juga guna meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya keluarga yang dikunjungi telah dilakukan pemberian Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) berupa penjelasan langsung dan pemberian leaflet DBD. Penyuluhan tentang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah kegiatan edukatif yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penyakit tersebut, serta memberikan informasi yang benar mengenai pencegahan dan pengendaliannya.