erumahan padat penduduk, iklim tropis dan buruknya sanitasi lingkungan dapat menjadi faktor pemicu munculnya penyakit menular dan masalah kesehatan yang berpotensi menjadi wabah/KLB (Kejadian Luar Biasa). Berdasarkan Permenkes No. 1501 Tahun 2010, jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah/KLB adalah malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD), leptospirosis, diare, kolera, difteri, antraks, rabies, campak, pertusis, tifoid maupun covid-19, sehingga diperlukan pemantauan dan pengendalian agar tidak terjadi peningkatan jumlah kasus, durasi wabah, dan kematian.
Balai Kekarantinaan Kesehatan (BKK) Kelas I Jayapura merupakan UPT dari Direktur Jenderal P2P Kemenkes RI memiliki tugas fungsi cegah tangkal masuk dan keluarnya penyakit potensial wabah/KLB. Salah satu bentuknya dengan melakukan identifikasi potensi KLB pada wilayah kerja baik di daerah perimeter maupun buffer. Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD–KLB), pemantauan sinyal faktor risiko kesehatan pada wilayah kerja BKK Jayapura yang berpotensi menyebabkan Kejadian Luar Biasa/Wabah, antara lain yaitu melalui: pemantauan sinyal SKD-KLB berbasis laporan masyarakat serta hasil surveilans kegiatan rutin di lapangan.
Pada akhir bulan April 2024, informasi melalui laporan masyarakat (Kader Pemantau Jentik/Jumantik), bahwa ada satu orang menderita sakit demam berdarah di area buffer Pelabuhan Laut Jayapura dan dirawat di Rumah Sakit. Tim Penyelidikan Epidemiologi (PE) Balai Kekarantinaan Kesehatan Kelas I Jayapura melakukan konfirmasi ke rumah sakit tersebut untuk memastikan kebenaran informasi. Informasinya betul, hasil laboratorium imunoserologi IgG dan IgM positif. Penderita rawat inap selama empat hari, lalu sudah dinyatakan sembuh dan boleh pulang ke rumah. Tahap selanjutnya tim entomologi BKK Jayapura melakukan identifikasi di lapangan, untuk mengetahui dan mengukur tingkat kepadatan populasi nyamuk pada suatu wilayah.
Kewaspadaan dini pemantauan sinyal faktor risiko kesehatan pada wilayah kerja BKK Jayapura yang berpotensi menyebabkan Kejadian Luar Biasa/Wabah, dilakukan dengan memonitor data di website SKDR pada Puskesmas yang terletak pada wilayah Buffer di wilayah kerja dan resources sumber infprmasi lainnya seperti infeksi emerging, update penyakit melalui situs resmi WHO, dan surveilans berbasis masyarakat serta hasil surveilans kegiatan rutin di lapangan. Monitoring data dilakukan setiap minggu, dilakukan oleh penanggung jawab SKDR kemudian di share di WhatsApp grup setiap Minggu. Kasus penyakit yang muncul sebagai sinyal peringatan (alert) kemudian diolah dalam bentuk grafik dan dianalisis untuk melihat kecenderungan atau pola peningkatan penyakit serta potensinya menjadi KLB. Diseminasi informasi disampaikan dalam bentuk laporan serta melakukan respon pada kasus alert berupa verifikasi kasus kepada pihak Puskesmas untuk mencegah terjadinya KLB, dengan metode sebagai berikut:
Pengumpulan Data
Pemantauan sinyal KLB dilakukan dengan memonitor data pada website SKDR khususnya Puskesmas buffer area dan data LB1 Puskesmas yang berada di wilker BKK Jayapura. Monitoring data SKDR dan sumber informasi lainnya dilakukan setiap minggu dan dievaluasi setiap bulannya.
Pengolahan dan Analisis Data
Kasus penyakit yang muncul sebagai Sinyal Peringatan (Alert) kemudian diolah dalam bentuk grafik dan dianalisis untuk melihat kecenderuan atau pola peningkatan penyakit serta potensinya menjadi KLB.
Verifikasi Alert
Verifikasi alert dengan melakukan respon pada kasus penyakit yang menjadi alert di sistem SKDR dengan melakukan koordinasi dengan Puskesmas buffer area.
Kasus Demam Berdarah Dengue didapatkan melalui laporan masyarakat (Kader Pemantau Jentik/Jumantik), bahwa ada satu orang menderita sakit demam berdarah di area buffer Pelabuhan Laut Jayapura dan dirawat di Rumah Sakit. Tim Penyelidikan Epidemiologi (PE) Balai Kekarantinaan Kesehatan Kelas I Jayapura melakukan konfirmasi ke rumah sakit tersebut untuk memastikan kebenaran informasi.
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi salah satu dari empat virus Dengue. Virus ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang hidup di wilayah tropis dan subtropis. Berbeda dengan Nyamuk Anopheles sp, gigitan nyamuk Aedes lebih sering terjadi pada pagi dan sore hari. Setelah nyamuk menggigit, virus yang dibawanya kemudian akan masuk dan mengalir dalam darah.
Balai Kekarantinaan Kesehatan Kelas I Jayapura, dalam penanggulangan kasus DBD di wilayah kerja perimeter dan buffer, melakukan tindakan pengendalian terhadap vektor jentik yaitu larvasiding pada kontainer penampungan air warga, dan pengendalian vektor dewasa dengan tindakan pengasapan (fogging) untuk membasmi vektor dewasa secara luas. Tindakan Komunikasi Edukasi dan Informasi (KIE) tentang kebersihan dan kesehatan lingkungan juga dilakukan bagi warga masyarakat, untuk meminimalisasi faktor risiko kesehatan lingkungan.
Survei entomologi merupakan survei yang digunakan untuk mengetahui dan mengukur tingkat kepadatan populasi nyamuk pada suatu wilayah. Survei ini dilakukan dengan cara melakukan observasi terhadap semua wadah yang berpotensi sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti, baik yang berada di dalam maupun di luar rumah.
Kegiatan survei jentik telah dilakukan pada rumah/bangunan dan Tempat Penampungan Air (TPA) dan tempat-tempat lain yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypty baik di dalam maupun di luar rumah/bangunan pada radius 100 m dari lokasi tempat tinggal penderita positif DBD dan juga dilakukan pengendalian jentik nyamuk dengan penaburan bubuk abate pada penampungan air yang positif jentik dan juga pada tempat penampungan air yang terbuka. Hasil dapat dilihat pada tabel:
Hasil survei jentik dan larvasiding yang dilakukan :
Jumlah bangunan diperiksa : 40 bangunan
Jumlah bangunan yang positif jentik : 5 bangunan
Jumlah container diperiksa : 154 container
Jumlah container positif : 9 container
Jumlah abate yang ditaburkan : 240 gram abate
Container yang positif ini adalah 1 tempayan,1 bak air mandi, 3 ember, dan 4 drum. Dari container yang positif ini diambil jentiknya dan di identifikasi dibawah mikroskop didapatkan hasil jentik nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopictus yang merupakan vektor penular penyakit DBD.
House Index (HI) merupakan persentase antara rumah yang ditemukan positif jentik terhadap seluruh rumah yang diperiksa. Dari hasil pengamatan dilapangan diperoleh nilai HI 12,50, nilai HI ini masuk kategori risiko tinggi karena suatu wilayah dapat dikatakan berisiko tinggi apabila nilai HI > 5%, sedangkan berisiko rendah jika nilai HI < 1%. Semakin tinggi nilai HI maka semakin tinggi pula kepadatan nyamuk Aedes aegypti.
Container Index (CI) merupakan persentase antara kontainer yang ditemukan positif jentik terhadap seluruh kontainer yang diperiksa. Dari hasil pengamatan dilapangan diperoleh nilai CI 5,84. Nilai CI ini masuk kategori risiko tinggi karena suatu wilayah dikatakan memiliki risiko tinggi apabila nilai CI > 5% dan berisiko rendah apabila nilai CI < 5%.
Breateau Index (BI) merupakan persentase jumlah kontainer yang ditemukan jentik terhadap jumlah rumah yang diperiksa atau per 100 rumah yang diperiksa. Dari pengamatan di lapangan diperoleh nilai BI 22,50. Nilai BI ini masuk kategori berisiko tinggi karena suatu wilayah dikatakan berisiko rendah apabila nilai BI 5-20%.
Angka Bebas Jentik (ABJ) merupakan persentase rumah yang tidak ditemukan adanya jentik. Indikator yang digunakan secara nasional adalah ABJ ≥ 95%. Dan dari hasil pengamatan dilapangan diperoleh nilai ABJ 87,5%.
Tindakan pengendalian vektor dewasa dengan pengasapan (fogging) untuk membasmi vektor dewasa secara luas, oleh tim pengendalian vektor BKK Kelas I Jayapura. Tindakan fogging menggunakan mesin swingfog, dengan bahan kimia Insektisida yaitu Zeta Sipermetrin. Luas area yang dilakukan tindakan pengasapan lebih kurang dua hektar (Ha), area buffer Pelabuhan Laut Jayapura.
Pemantauan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD–KLB), sinyal faktor risiko kesehatan pada wilayah kerja BKK Jayapura yang berpotensi menyebabkan Kejadian Luar Biasa/Wabah, melalui: website resmi SKDR Puskesmas yang terletak pada wilayah Buffer & Perimeter, data laporan bulanan (LB1) Puskesmas buffer area, data kunjungan klinik pada alat angkut dan resources sumber informasi infeksi emerging, update penyakit melalui situs resmi WHO, selama triwulan II, tidak terdapat sinyal yang harus direspon, sedangkan sinyal kasus yang direspon yaitu DBD diperoleh dari laporan masyarakat.
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan jenis kasus yang berpotensi menjadi wabah/KLB (Kejadian Luar Biasa). Berdasarkan Permenkes No. 1501 Tahun 2010. Berdasarkan laporan Kader Jumantik, ada satu orang menderita sakit demam berdarah area buffer Pelabuhan Laut Jayapura dan dirawat di Rumah Sakit. Penyelidikan Epidemiologi (PE) dilakukan untuk memastikan kebenaran informasi, dan tenaga entomolog melakukan identifikasi di lapangan, untuk mengetahui dan mengukur tingkat kepadatan populasi vektor jentik dan vektor dewasa pada suatu wilayah. BKK Kelas I Jayapura memberikan KIE terkait kesehatan dan kebersihan lingkungan bagi warga masyarakat serta melakukan tindakan pengendalian jentik melalui larvasiding dan pengendalian vektor dewasa dengan fogging.
Penulis: Mina Sipayung, Manita Tana, Hery Fandri Imbiri